Tuesday, May 24, 2011

Jerman Ternyata Pernah Menciptakan Piring Terbang

Jerman Ternyata Pernah Menciptakan Piring Terbang

Sejak tahun 1950 ada banyak klaim tentang dugaan perkembangan Jerman yang revolusioner telah menciptakan suatu mahakarya berbentuk piring yang mampu terbang dengan kemampuan yang luar biasa.

Inilah artikel yang akan menjelaskan kepada anda bagaimana kemungkinan fenomena UFO hingga saat ini adalah suatu hasil teknologi tinggi yang diciptakan manusia sendiri.



Mahakarya ini juga dikenal sebagai "piring terbang" (yang kemudian dinamai UFO) telah dilihat oleh banyak orang di seluruh dunia sejak tahun 1947 terutama ketika fenomena insiden Roswell terjadi. Menurut banyak calon "penemu" dan penggemar teori ini, UFO tidak berasal dari luar bumi, dan UFO hanyalah buatan manusia semata.

Giuseppe Beluzzo (seorang mantan menteri sekaligus ilmuwan) telah menulis suatu artikel di sebuah surat kabar Italia "Il Giornale d'Italia" pada tahun 1950. Dalam artikelnya yang kontroversial pada saat itu dimana dunia masih dihebohkan dengan fenomena insiden Roswell, ia menulis bahwa sesungguhnya Jerman telah mempelajari desain pesawat dengan teknologi tinggi yang berbentuk piringan sejak tahun 1942.

Beluzzo akhirnya ditemukan tewas dibunuh hanya beberapa tahun kemudian setelah ia memuat pengakuannya yang kontroversial tersebut. Dalam waktu yang hampir bersamaan dengan saat dimuatnya artikel itu, seorang insinyur Jerman bernama Rudolf Schriever memberikan pengakuan kepada majalah Der Spiegel bahwa ia telah mendesain pesawat berbentuk piringan dengan diameter 15 meter.

Kisah Schriever ini kemudian diangkat dalam sebuah buku yang ditulis oleh Rudolf Lusar (seorang mayor di militer Jerman dari unit teknis selama perang dunia kedua) pada tahun yang sama juga.

Dalam bukunya, Rudolf banyak memberikan pemaparan mengenai senjata-senjata rahasia NAZI yang menurutnya berteknologi tinggi. Namun dari keseluruhan pembahasannya, ada satu bab yang aling menarik. Bab itu berjudul "Wonder Weapons".


Menurut Lusar, Rudolf Schriever bukanlah satu-satunya insinyur yang bekerja dalam merancang "piring terbang"nya Jerman. Tetapi ia juga bersama rekan-rekannya yaitu, Habermohl, Mierth dan Bellanzo, yang terlibat dalam proyek piring terbang ini.

Proyek ini sendiri memiliki dua pabrik yang dipusatkan di Breslau, Polandia sebelum akhirnya dihancurkan oleh Jerman sendiri karena tidak ingin jatuh ke tangan Uni Soviet pada saat itu dan pabrik kedua yang berada di Praha, Ceko.

Dalam buku tersebut juga dicatat bahwa salah seorang perancang pesawat ini, Mierth, telah berhasil membuat sebuah prototype pesawat yang berbentuk piringan dengan diameter 137 meter. Prototype ini juga memiliki punuk di atasnya yang berfungsi sebagai kokpit.

Di pabrik kedua di tepi kota Praha, Ceko, Kelompok insinyur yang dipimpin oleh Schriever dan Habermohl Juga telah mendesain suatu prototype yang hampir sama dengan bagian punuk yang hampir sama dengan telur dengan fungsi sebagai punuk.

Pesawat ini konon diujicobakan pada tahun 1945 dan mampu mencapai ketinggian 12,4 kilometer hanya dalam tempo 3 menit. Disebut juga bahwa pesawat itu bahkan bisa terbang mencapai kecepatan maksimal hingga 2.000 km/jam dengan kecepatan terbang horizontal, yang artinya lebih cepat dari kecepatan suara meskipun pada awalnya diharapkan mencapai kecepatan 4.000 km/jam.


Keadaan dunia yang saat itu banyak meragukan kesaksian Lusar karena tidak ditunjang dengan bukti-bukti otentik, membuat seorang jurnalis bernama Nick Cook menjadi tertarik untuk meneliti masalah ini dan kemudian memulai petualangannya untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang disebutkan oleh Lusar.

Nick dalam perburuannya akhirnya menemukan satu nama yang mungkin berkaitan dengan keberadaan "piring terbang" Jerman ini, yaitu Viktor Schauberger.



Nick kemudian mengunjungi cucu Schauberger dan menemukan catatan-catatan desain pesawat yang dimiliki olehnya. Menurut Schauberger, ia mampu membuat sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk "terbang mengikuti alam".

Salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Schauberger adalah sebuah pesawat berbentuk piringan yang menggunakan sistem "Mesin pendorong vortex". Teorinya adalah, jika air atau udara berotasi membentuk putaran, yang juga dikenal dengan sebutan "colloidal", maka saat itu akan dihasilkan energi yang cukup untuk mengangkat sebuah objek, termasuk pesawat.


Seorang insinyur aeronautika bernama Roy Fedden percaya bahwa Jerman memiliki teknologi itu. Fedden berkata :
"Saya telah melihat desain dan rencana produksi mereka dan menyadari bahwa jika saja mereka bisa memperpanjang perang selama beberapa bulan, maka kita akan melihat konfrontasi udara yang sangat berbeda"


Kesaksian ini juga didukung oleh Kapten Edward J. Ruppelt dari project blue book yang mengatakan:
"Ketika perang dunia II berakhir, Jerman telah memiliki beberapa bentuk pesawat yang radikal dan beberapa pengendali rudal. Mayoritas pesawat itu memang masih dalam masa uji coba, namun pesawat itu adalah satu-satunya pesawat yang dianggap mampu mencapai kemampuan mendekati obyek-obyek yang diamati para pengamat ufo."

Jika memang teknologi ini telah berhasil dikembangkan oleh Jerman, maka bukan tidak mungkin bahwa pada saat ini ada suatu pabrik di suatu bagian dunia ini yang sedang meneliti dan mengembangkan teknologi piring terbang yang hingga saat ini oleh orang awam seperti kita menganggapnya sebagai UFO.

Sumber :
www.thenoock.com

Saturday, May 21, 2011

RI-KORSEL buat jet tempur stealth kfx 201

Komisioner DAPA Byun berjabat tangan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsuddin setelah penandatanganan LoI (Letter of Intent) pengembangan bersama jet tempur, disaksikan kedua kepala pemerintahan Indonesia – Korea Selatan, Maret 2010 di Seoul. (Foto: DAPA)

16 Juli 2010, Seoul -- Indonesia sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X,Korea Selatan (Korsel), yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.

Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut. “Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20% biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dolar AS itu,” ungkap Kementerian Pertahanan Korsel dalam rilisnya. Kesepakatan itu ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia Marsekal Madya TNI Erris Herryanto kemarin.Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korsel,proyek ini akan kembali dimulai awal tahun depan. Adapun produksi jet-jet tempur baru dilakukan setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012.

Model jet tempur siluman KF-X. (Foto: emile)

“Kami juga memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut,” ujarnya tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan. Proyek jet tempur KF-X sebenarnya sudah diluncurkan tahun 2000,tapi ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi.Presiden Lee Myung-bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut. Kementerian Pertahanan RI membenarkan kerja sama dengan Korsel dalam memproduksi pesawat tempur KF-X.Pemerintah Indonesia bisa menggunakan fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia.

“Kami tidak hanya membeli pesawat tempur, tetapi juga ingin bekerja sama dalam produksinya.Kami berharap fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia bisa digunakan untuk hal itu,”kata Juru Bicara Kemhan BrigjenTNI I Wayan Midhio. I Wayan mengatakan KF-X adalah pesawat tempur jenis baru yang memiliki kemampuan tempur andal. Bahkan.Wayan berani mengklaim kemampuan KF-X ini di atas F-16, tapi masih di bawah F-35.Wayan mengakui pemerintah berencana membeli 50 buah KF-X begitu pesawat selesai diproduksi.Tidak hanya membeli, pemerintah juga membantu memasarkan pesawat itu ke negara-negara lain.

“Saya kira, prinsip yang paling utama adalah sekarang negara kita bisa ikut terlibat dalam proses produksinya,jadi ada transfer teknologi,”tuturnya. Juru Bicara TNI Angkatan Udara Laksamana Pertama Bambang Samudro menyatakan kerja sama produksi pesawat tempur dengan Korsel ini adalah bagian dari rencana kedua pihak untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi pesawat tempur.“Ini adalah kerja sama jangka panjang kedua negara.Kesepakatan ini dicapai setelah melalui pembicaraan panjang,”tuturnya.

Kerja sama produksi pesawat tempur ini, lanjut Bambang,dimulai tahun ini sementara segala persiapan seperti survei dan membuat prototipe akan dilakukan hingga 10 tahun ke depan.Bambang menambahkan, TNI AU akan memakai semua pesawat itu jika pemerintah membelinya.“Yang paling utama, kita tidak hanya membeli, tetapi kita bisa membuat sendiri peralatan tempur kita sebagaimana yang pemerintah inginkan,”katanya. Sekjen Kemhan Marsekal Madya Erris Herryanto sebelumnya mengatakan Indonesia layak untuk berpartner membuat pesawat tempur.Menurut dia,langkah kerja sama dengan Korsel merupakan suatu kemajuan karena tidak banyak negara yang bisa membuat pesawat tempur.


Apabila memiliki pabrik pesawat tempur, Indonesia tidak akan bergantung lagi kepada negara lain. Namun Erris saat itu belum bisa merinci beberapa hal yang tertuang dalam perjanjian itu,termasuk apa saja yang akan diperoleh Indonesia dan apa saja yang harus disediakan. ”Yang jelas, kita punya PT Dirgantara Indonesia dan tenaga ahli,”kata Erris. Dia juga mengungkapkan, spesifikasi pesawat tempur KF-X ini kira-kira berada di atas F-16,tetapi di bawah spesifikasi F-35.Adapun kebutuhan biaya yang diajukan sekitar USD8 miliar dengan jangka waktu kerja hingga tahun 2020.Pada 2020 diharapkan sudah bisa disiapkan lima prototipe.Dari keseluruhan anggaran itu,Indonesia diharapkan menanggung sebesar 20%.

Berdasar informasi yang berkembang, pesawat tempur ini rencananya akan rilis pada 2020 .Rencananya KF-X akan disokong mesin kembar setara dengan kelas General Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A- 18E/F Boeing dan Dassault Rafale. SNECMA menggambarkan M88 sebagai landasan dari keluarga mesin generasi baru. Mitra yang akan dirangkul untuk pengembangan mesin adalah Lockheed Martin yang sebelumnya terlibat dalam desain dan pengembangan pelatih Korea Aerospace T-50 jet supersonik. Proyek KF-X juga akan merangkul sejumlah perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan asing akan membayar hingga 30% dari program.

Kepala Tim Pengembangan Sistem Udara Korsel Kolonel AU Dae Yeol-lee sebelumnya mengungkapkan, BAE Systems telah menyatakan minatnya dalam mengembangkan radar, sedangkan Alenia Aeronautica dipercaya untuk memasok senjata utama dari KF-X dan bertanggung jawab pada program neuron kolaboratif untuk mengembangkan teknologi European combat-drone.