Friday, September 27, 2013

ILMU GEOGRAFI

A) Pengertian Geografi
Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi. Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberinama ‘Atlas Ptolomaeus’.
Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf terkenal dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya yang terkenal adalah “Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau fisis determinis memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia sebagai makhluk yang aktif, yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang hidupnya. Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut ini disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.
1.      Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing.
2.      Definisi 2: “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
3.      Definisi 3: Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
4.      Definisi 4: Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan gejala -gejala dari segi hubungan keruangan.
5.      Definisi 5: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut adalah mengkaji:

  1. bumi sebagai tempat tinggal
  2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi)
  3. dimensi ruang dan dimensi histories; dan
  4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (lingkungan), dan regional (kewilayahan)
B) Konsep Geografi
Sudah di jelaskan diatas tadi tentang pengertian geografi yang berasal dari bahasa Yunani berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Prof. Dr. I Made Sandy mengatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang bumi. Hasil seminar local karya yang diadakan di Semarang pada tahun 1988, merumuskan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan phenomena geosfer dengan sudut pandang dengan kewilayahan atau lingkungan dalam konteks keruangan.
Karl Ritter menyatakan bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam hal ini tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia. Tempat tinggal manusia tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, studi geografi meliputi gejala alam yang terdapat di permukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. Gejala organik dan anorganik itu dianalisa penyebaran, perkembangan, interelasi, dan intersaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam hubungan ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama., dengan selalu meperhatikan faktor alam dan faktor manusia. Keterkaitan keduanya membentuk suatu kesatuan keruangan di kewilayahan yang bersangkutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang mempelajari pesamaan dan perbedaan fenomena geosfer antara suatu daerah dengan daerah lain dengan hubungan antara manusia dengan alam serta interaksi diantara keduanya.


C)  Aspek Geografi
Aspek geografi meliputi objek geografi dan gejala geografi atau fenomena geografi. Objek geografi adalah segala sesuatu yang menjadi bahan kajian yang dipelajari dalam geografi. Dalam geografi dikenal dua (2) macam objek geografi, yaitu objek material dan objek formal.
Objek Material; Objek material yang umum dan luas yaitu geosfer yang meliputi atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, dan antroposfer yang kemudian dapat menimbulkan studi khusus, dan dipandang wajar.
1)      Atmosfer: Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi bumi, yang terdiri dari campuran Oksigen (21%), Nitrogen (78%), Karbon dioksida (0,03%), Argon (hamper 1%), Helium dan gas-gas lain(0,01), ditambah uap air yang jumlahnya berfariasi. Atmosfer terdiri dari trofosfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan ekosfer. Gejala-gejala seperti cuaca dan iklim yang dikaji dalam Klimatologi dan Meteorologi, dll.
2)      Litosfer: Lithosfer, adalah lapisan bumi paling luar, tebalnya kurang lebih 48 km, grafitasinya diantara 2,0-3,0. Lapisan tersebut terdiri dari dua lapisan, yaitu SiAl kepanjangan dari Si (Silikat) dan Al (Alumunium) sedangkan SiMa kepanjangan dari SI (Silikat) dan Ma (Magnesium). SiAl adalah lapisan bumi yang paling atas sedangkan SiMa adalah lapisan bumi yang berada dibawah lapisan SiAl. Lapisan litosfer dikaji dalam Geologi, Geomorfologi, Petrografi, dll
3)      Hidrosfer: Hidrosfer adalah lapisan air yang mengelilingi bumi yang meliputi lapisan perairan di darat maupun di laut yang terdiri dari samudra, laut, sungai, danau, gletser, air tanah, mata air, hujan dan air yang termsuk dalam atmosfer. Hidrosfer dikaji dalam ilmu Hidrologi, Oceanografi dan lain-lain.
4)      Biosfer: Biosfer adalah lapisan kulit bumi, air, dan atmosfer yang didalamnya terdapat kehidupan organism, manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan mikro organisme. Biosfer tebalnya hanya beberapa mil saja yang meliputi tanah, air, dan udara. Biosfer dikaji didalam Biogeografi, Biologi, dll.
5)      Antroposfer: Antroposfer adalah objek kajian geografi yang mempelajari mengenai lapisan manusia yang merupakan ‘tema sentral’ di antara lapisan lainnya. Tema sentral artinya diutamakan dalam kajiannya. Jadi dalam mengkaji objek studi geografi tersebut diperlukan pengetahuan dari disiplin ilmu lain seperti Klimatologi, Geologi, Hidrologi, dan sebagainya. Singkatnya geografi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain.
Objek Formal; Kalau objek material geografi bersangkut-paut dengan bahan kajian, maka objek formal geografi bersangkut-paut dengan cara pemecahan masalah. Jadi objek formal adalah metode atau pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah.

Objek formal geografi secara umum adalah region atau wilayah. Namun, yang dinamakan objek formal geografi sebenaranya adalah cara memandang dan cara bersikap terhadap objek material tersebut dari segi geografi yaitu segi keruangan meliputi pola dan system proses yang terjadi didalamnya.
Secara sederhana dapat diungkapkan bahwa objek formal dalam geografi selalu ditanyakan mengapa gejala terjadi dan mengapa hal itu terjadi di tempat atau lokasi tersebut ? misalnya debuah daerah yang kekurangan air. Dalam hal ini banyak dipelajari bukan saja jumlah ataupun volume air tanah tetapi mengapa hal itu terjadi dilihat dari segi lokasi, fisiografi, dan kaitannya dengan lingkungan yang lebih luas antara lain peran manusia, kondisi iklim, geologi, geomorfologi, kondisi lingkungan, dan lain-lain.
Ada tiga hal pokok dalam mempelajari objek formal dari sudut pandang keruangan yaitu :
1.Pola dari sebaran tertentu dimuka bumi,
2.Keterkaitan atau hubungan sesama antara gejala didalam ruang
3.Perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala tersebut didalam ruang.
Fenomena atau gejala geografi dalam kehidupan sehari-hari dikelompokan dalam dua jenis yaitu gejala fisik dan gejala sosial. Gejala fisik meliputi banjir, longsor, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, abrasi dan sebagainya. Gejala sosial meliputi kebodohan, kriminalisme, urbanisasi, kemiskinan, penganguran, tuna wisma, dan sebagainya.

Telah diuraikan diatas bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena permukaan bumi atau geosfer dalam konteks keruangan, kelingkungan, dan komplek kewilayahan, atas dasar pengertian tersebut maka dapat disebutkan bahwa subjek geografi adalah kajian yang ada sangkut-pautnya dengan aspek keruangan, lingkungan, dan kompleks kewilayahan dari fenomena-fenomena permukaan bumi. Hubungan lingkungan adalah interaksi antara fenomena-fenomena permukaan bumi. Hubungan komplek kewilayahan adalah gabungan dari hubungan keruangan dan lingkungan atau interaksi fenomena-fenomena permukaan bumi.
Untuk mempelajari objek yang begitu luas, maka geografi memerlukan alat bantu berupa disiplin ilmu yang lain. Ilmu bantu geografi itu meliputi matematika, fisika, kimia biologi, statistic, teknik, ekonomi, sosiologi, politik, dan sebagainya. Karena itu tumbuh cabang-cabang ilmu geografi yang dapat memberi analisa secara mendalam terhadap objek yang dipelajari. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut :



a) Menurut Hutingtong, geografi terbagi menjadi empat cabang, yaitu:
i.   Geografi Fisik yang mempelajari factor fisik alam
ii.  Pitogeografi yang mempelajari tanaman
iii. Zoogeografi yang mempelajari hewan
iv. Antropgeografi yang mempelajari manusia

b) Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
i          Geografi fisik yang terdiri atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumber daya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan.
ii        Geografi manusia yang meliputi geografi budaya ( geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi, dan komunikasi), kemudian geografi politik.
iii       Geografi regional.
c) Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut:
i          Geografi fisik: geografi fisik merupakancabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi adalah gejala alamiah dipermukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
ii        Geografi manusia: geografi manusia merupakan cabang geografi yang objek kajiannya keruang manusia. Aspek-aspek yang dikaji didalam cabang ini termasuk kependudukan, aktifitas manusia, yang meliputi aktifitas ekonomi, aktifitas politik, atifitas sosial, dan aktifitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman, dan geografi sosial.
iii      Geografi Regional: geografi regional merupakan deskripi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam. Foks kajiannya adalah interelasi, interaksi, antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.


D) Pendekatan Geografi
Dalam menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu maka, diperlukan suatu pendekatan. Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian goegrafi dengan ilmu lainnya meskipun objek kajiannya sama. Menurut Hagget ada 3 pendekatan, yaitu pendekatan keruangan pendekatan kelingkungan , dan pendekatan kompleks wilayah.
1). Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksitensi ruang sebagai penekanan. Ruang yang dimaksud adalah eksitensi atau keberadaan ruang dalam perspektif geografi yang dapat dipandang dari struktur, pola, dan proses.
konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk ruangan. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, seperti kenampakan titik, kenampakan garis, dan kenampakan bidang. Kenampakan kerja analisi pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruangan, dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a.       What ? apa itu struktur ruangan ?
b.      Where ? dimana struktur ruangan tersebut berada ?
c.       When ? Kapan struktur ruangan tersebut terbntuk seperti itu ?
d.      Why ? Mengapa struktur ruangan terbentuk seperti itu ?
e.       How ? Bagaimana proses terbentuk struktur proses terbentuk struktur seperti itu ?
f.       Who suffer what dan who benefis whats ? bagaimana sruktur keruangan tersebut didaya gunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat itu dan akan datang. Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elmen pembentuk ruangan fenomena titik, garis, dan area memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal penyebaran keruangan. Pesebaran kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang, kenampakan seperti kipas, kenampakan membulat, empat persegi panjang, kenampakan gurita, kenampakan binatang dan gabungan dari beberapa gabungan yang ada.
 Keenam pertanyaan geografi diatas selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan dengan elemen-elemen yang ada didalamnya.
Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dimensi waktu (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang diguanakan sebagai dasar anaisis terhadap fenomena yang dipelajari.
2). Pendekatan lingkungan
Dalam pendekatan ini penekanan bukan lagi pada eksitensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu dengan variable lingkungan yang ada. Dalam pendekatan lingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan fenomena yang didalamnya mencakup fenomena alam beserta relif fisik tindakan manusia. Selain itu juga prilaku manusia yang meliputi ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan. Dalam sistematik Krik ditunjukan ruang lingkup lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan prilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (fhenomena environment). Lingkungan prilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan serta kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, serta proses social ekonomi kemudian perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan budaya yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusia.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu tindakan manusia dan fenomena alam. Tindakan manusia mencakup fenomena-fenomena urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubah lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup hasil proses organik dan anorganik termasuk penduduk.
3). Pendekatan Komplek Wilayah
Permasalahan yang terjadi disuatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehinga keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain tidak dapat dihindari. Selain itu, masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinalnya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberi analisis yang komplek sehingga mampu memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula. Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan mengunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama (keruangan) dan pendekatan yang kedua (lingkungan). Oleh karena itu sorotan wilayahnya sebagai objek sangat beragam, maka kajiannya bersifat horizontal dan vertikal. Kajian horizontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek lingkungan. Adanya perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah dengan system yang kompleks sifat dan pengajiannya membutuhkan pendekatan yang beragam juga.


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi itu mempelajari ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang bumi. Geografi juga menyediakan kepada kita tentang bagaimana mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada demi kemakmuran umat manusia dimuka bumi ini dan menyediakan informasi tentang keadaan bumi baik itu cuaca, iklim, geologi dan masih banyak lagi yang lainnya yang berkaitan dengan umat manusia.
B. Saran.
Saran dari penulis yaitu jagalah keseimbangan alam, dengan menjaga kesimbangan alam ini diharapkan kehidupan manusia akan seimbang hubungannya dengan alam ini.









DAFTAR PUSTAKA

Bintarto R., Metode Analisa Geografi, Jakarta: LP3ES, 1986
Boehm, Richard, World Geography, third Edition, USA: Mc. Grow Hill, 1984.
Depdikbud, Suplemen GBPP 1999, Jakarta: Depdikbud, 1999.
Drs. Rachmat Kusnadi, Drs. Muhammad Oding, Sutomo, S.Pd., Geografi untuk SMU Kelas I, Grafindo, 1999.

Geografi SMU DKI, Geografi SMU jilid IA, Jakarta: Erlangga, 2000

No comments:

Post a Comment